Catatan: Artikel ini tidak mencerminkan pandangan penulis dan pandangan redaksi illinibasketballhistory.com
Ancaman masa keemasan pada tahun 2045 menjadi kenyataan yang akan dihadapi Indonesia. Kemiskinan dan kekurangan pangan merupakan kenyataan bagi 168 juta masyarakat Indonesia yang kekurangan akses terhadap pangan bergizi, termasuk 4 kesehatan yang memadai. Oleh karena itu, banyak kematian dan kelahiran tidak normal yang terjadi pada ibu hamil, salah satunya adalah pembayaran.
Wilayah pesisir sebagai penghasil protein nasional berupa ikan juga tak luput dari tuntutan hukum. Kemiskinan adalah alasan utama pemberian kompensasi. 69,3 persen atau 147 dari 212 wilayah/masyarakat yang menjadi sasaran pengentasan kemiskinan pada tahun 2022 merupakan wilayah pesisir. Indonesia yang berpenduduk 10,86 juta jiwa. Persentase kemiskinan ekstrem tertinggi terdapat di wilayah/masyarakat pesisir.
Di antara 1,3 juta penduduk pesisir, mereka mungkin adalah ibu-ibu nelayan yang memiliki kekuatan untuk mereproduksi generasi gagal. Saat ini, Indonesia mempunyai prevalensi penyakit mulut dan kuku yang tinggi, dimana 22 dari 100 anak merupakan anak kecil. Tindakan “ekstrim” yang diperlukan untuk menghentikan kebijakan yang tidak fleksibel ini adalah masalah malnutrisi kronis yang menyebabkan kekurangan pangan dalam jangka panjang. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang anak yaitu tinggi badan anak kurang dari 14% dari tingkat umur pada tahun 2024 atau lebih pendek (tertunda) karena kesulitannya, sedangkan pada tahun 2023 masih sebesar 21,6. % jumlah anak yang gagal. Artinya perlu diturunkan sebesar 7% dalam setahun, hal ini sulit dicapai karena pandemi Covid-19 dan tekanan ekonomi telah menurunkan daya beli masyarakat yang dapat memberikan guncangan untuk mengurangi meludah (Ikan) penting bagi keluarga kader dan bagi masyarakat indonesia Ikan merupakan makanan yang tinggi protein dan mengandung asam lemak, omega 3, omega 6 dan omega 9. Tahun 2021 mencapai 55 kilogram per orang dengan ikan segar sebagai sumber pangan yang sangat penting untuk mendukung Program Pencegahan dan Pengendalian Ikan Nasional. Target konsumsi ikan pada tahun 2024 adalah sekitar 62,5 kg per orang termasuk satu ekor ikan segar.
Dorongan akan terus diberikan kepada ibu hamil dan masyarakat rentan, perhatian khusus harus diberikan kepada nelayan seperti pelaku dan produsen ikan agar cepat keluar dari kemiskinan. Keluarga Indonesia setidaknya perlu diberikan hibah yang diprakarsai oleh Partai Keadilan Sejahtera. Untuk mencegah kendala sekaligus mengentaskan kemiskinan ekstrim di wilayah pesisir, pertama, penurunan angka putus sekolah sebesar 7% dalam setahun akan didorong dengan peningkatan konsumsi ikan yang dapat mencapai minimal 5 kg/bulan – 8 kg/bulan atau minimal 2 kg/bulan. 60kg/tahun. Kita bisa mendorong 100kg/tahun – 120kg/tahun seperti Jepang atau setidaknya 80kg/tahun seperti Malaysia.
Melakukan hal ini dapat dengan cepat memangkas biaya. Ikan yang baik untuk sepuluh anak antara lain ikan tenggiri, salmon, nila, tuna, cakalang, gabus, lele. Indonesia mempunyai jumlah penduduk sebesar 260 juta jiwa.
Jika dikalikan dengan konsumsi ikan tahunan sekitar 53 kilogram per orang, maka dibutuhkan 13 juta x 5.000 = 780 miliar / sekitar 13 juta ton per tahun. Itu hanya sejenis ikan. Program ini jelas akan memberikan dampak positif bagi perekonomian di sepanjang sungai. Mari gerakkan satu ekor ikan sehari menuju Indonesia Emas 2045. (miq/miq)