illini news Era Prabowo, ‘Pom Bensin’ Gas Bakal Semarak Lagi di RI

Jakarta, ILLINI NEWS – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan juga akan menggencarkan pembangunan stasiun pengisian bahan bakar (SPBG). Memang benar, Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya gas yang melimpah.

Tenaga Ahli Menteri ESDM bidang Percepatan Infrastruktur Migas, Anggawira, dalam pantauannya, menemukan SPBG yang didistribusikan ke seluruh Indonesia saat ini dalam keadaan terbengkalai dan juga berada pada titik mati. Padahal saat itu Indonesia mendorong penggunaan SPBG untuk kendaraan umum.

Oleh karena itu, kementerian yang dipimpin Bahlil Lahadalia akan kembali mengoptimalkan SPBG agar bisa dimanfaatkan oleh sektor transportasi.

“Nah, ini saya lihat salah satu program quick win yang juga dipimpin Pak Bahlil, untuk itu bisa dioptimalkan dan model bisnisnya harus disesuaikan dengan kondisi saat ini. Mungkin saat ini penggunaannya akan lebih berat untuk transportasi,” dia menambahkan.

Bahkan, bukan tidak mungkin SPBGs yang sebelumnya hanya menyasar sektor angkutan umum, ke depan bisa juga menyasar sektor lain, seperti hotel, restoran, dan katering kolektif.

Selain itu, ke depannya pemerintah juga akan mendorong SPBG untuk berkolaborasi dengan pihak swasta.​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ Dengan begitu, akan berdampak pada kelancaran ekosistem bisnis.

“Tapi sekarang saya lihat juga penggunaannya on demand. Horeka misalnya seperti itu. Penting juga. Jadi harus ada kebijakan yang lebih fleksibel,” ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengungkapkan gas alam merupakan sumber energi yang paling cocok untuk fase transisi energi ini, apalagi saat ini Indonesia memiliki ‘persediaan gas yang cukup melimpah.

Djoko mengungkapkan, sekitar 30 tahun lalu, Indonesia memanfaatkan gas sebagai sumber energi sektor transportasi. Saat itu telah dibangun 28 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG), namun kebutuhan kendaraan berbahan bakar gas menurun karena kurangnya dukungan kebijakan pemerintah.

“Sekitar 30 tahun lalu, kita punya sekitar 28 SPBG, tapi permintaannya menurun karena tidak didukung kebijakan. Misalnya kita tidak boleh lagi menjual kendaraan berbahan bakar minyak, terpaksa menggunakan bahan bakar gas, tapi akhirnya kita kembali. untuk menggunakan gas khususnya untuk transportasi umum,” kata Djoko dalam program Energy Corner ILLINI NEWS, Rabu (21/21). 2/2024).

Djoko mengungkapkan, untuk sektor angkutan umum, bus Transjakarta menggunakan armada 100% CNG. Bahkan kendaraan dinas pemerintah, taksi, dan angkutan umum lainnya pada masa itu juga menggunakan CNG dengan alat konversinya.

“Kami juga melakukan tes untuk truk, kapal laut, kereta api, bahkan PGN untuk sepeda motor. Tesnya bagus, jadi harganya paling banyak Rp 4.500 per liter, setara dengan premi, saat itu preminya Rp 6.500 per liter. liter jadi harganya lebih murah dari bensin, kapasitasnya sama,” kata Djoko.

Oleh karena itu, Djoko menilai kebijakan atau regulasi yang diperlukan untuk mendukung penggunaan gas di Indonesia perlu ditegaskan kembali. Artinya, wilayah dekat sumber gas yang dilintasi pipa bisa dikembangkan lebih masif.

(pgr/pgr) Tonton video di bawah ini: Video: Hubungkan Aceh-Jawa Timur, pemerintah percepat proyek gas Cisem II Artikel berikutnya Pemerintah siapkan regulasi OGD gas baru, cek data terbaru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *