Jakarta, ILLINI NEWS – Pemerintah juga memanfaatkan peningkatan difusi digital. Salah satunya adalah menggunakannya untuk memangkas birokrasi dan mendorong konservasi anggaran.
Dulu, pemerintah memiliki ribuan permintaan layanan publik. Namun hal ini tidak mendatangkan banyak keuntungan, malah membuat orang bingung karena banyaknya aplikasi.
Orang perlu membuat akun di setiap aplikasi. Lagi pula, implementasinya tidak berhasil. Melihat hal ini tidak perlu, pemerintah memutuskan untuk menguranginya. Bukan main-main, 27.000 aplikasi akan dihapus karena kebijakan itu.
Pemerintah mengurangi ribuan permohonan sesuai Keputusan Presiden (Perpres) Nomor 132 Tahun 2022 tentang Pembangunan SPBE (Sistem Tata Kelola Elektronik).
“SPBE tidak lagi memaksakan permintaan yang berlebihan, tapi kerja sama,” kata Menteri Pendayagunaan Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi (PANRB) dalam survei ekonomi ILLINI NEWS beberapa waktu lalu.
Anas menjelaskan, dengan adanya aturan SPBE ini, masyarakat tidak perlu lagi membuat banyak akun untuk setiap layanan pemerintah. Karena semua data yang diperlukan masyarakat sudah terintegrasi.
Kementerian dan departemen, serta pemerintah daerah tetap diajak untuk membuat portal pelayanan publik. Dengan cara ini Anda hanya dapat menggunakan satu portal.
Ina Digital adalah program digital lainnya. Layanan teknologi pemerintah (Govtech) ini disediakan sesuai dengan Keputusan Presiden No. 82 Tahun 2023.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkannya pada Mei tahun lalu. Berdasarkan laman Kemenpan RB, Govtech akan bertugas memastikan integrasi layanan digital yang mencakup banyak aplikasi.
“Untuk meningkatkan daya saing Indonesia, kita perlu memperkuat infrastruktur publik digital, semacam digitalisasi pelayanan publik. Kita juga perlu memperkuat transformasi teknologi pemerintahan yang kita sebut INA Digital,” kata Jokowi.
Ina Digital dikelola oleh Peruri. Menteri BUMN Erik Thohir menjelaskan keputusannya tersebut karena portofolio kawasan di bidang digital yang terbukti kuat.
Pada tahap pertama, Ina Digital telah bermitra dengan sembilan kementerian/lembaga. Mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, administrasi publik yang dipadukan dengan Digital ID, operasional keuangan pemerintah, perlengkapan pemerintah, portal layanan pemerintah, Satu Data Indonesia dan kepolisian.
September lalu, Jokowi juga mengumpulkan para menteri dan pimpinan organisasi untuk membahas Ina Digital. Anas mengatakan, rencananya akan ada 19 layanan yang bisa dinikmati sedikitnya 40 ribu pelanggan ASN.
“(40.000) Itu tujuannya. Target. Supaya nanti bisa kita dapat jawabannya,” kata Katalog Data dan Elektronik Satu Indonesia.
One Data Indonesia (SDI) yang merupakan representasi dari Digital Four tahap pertama didirikan pada tahun 2019. Peluncuran tersebut ditandai dengan diterbitkannya Keputusan Presiden (Perpres) No. 39 Tahun 2019 menurut Satu Data Indonesia.
SDI adalah program pengelolaan data pemerintah. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat, relevan, terintegrasi dan dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu, IPD diharapkan dapat diakses dan tersedia untuk dibagikan dan digunakan antar organisasi. Baik departemen pusat maupun daerah.
Program ini juga mulai mempercepat implementasi Sistem Pemerintahan Elektronik (EGS). Sebelum diluncurkan, pemerintah pusat dan daerah melakukan uji coba Satu Data Indonesia bersama sejumlah organisasi.
Tiga tahun setelah peluncurannya, atau pada 23 Desember 2022, portal Satu Data Indonesia diluncurkan.
Pemerintah Indonesia juga telah menyederhanakan pengadaan barang dari pemerintah ke pemerintah melalui buku elektronik. Alat pengadaan ini dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Katalog elektronik menyediakan seluruh produk dari berbagai produk konsumen untuk kebutuhan pemerintah. Katalog elektronik berisi sekitar 9,4 juta item.
Menteri Kelautan dan Investasi (Menko Marwes) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan proyek e-katalog dapat menghemat anggaran pemerintah hingga ratusan juta dolar. Ia pun membandingkan program ini dengan program obat bebas (OTT) yang diterapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Jadi karena digitalisasi ini, orang-orang marah kepada saya ketika saya bilang OTT sudah ketinggalan zaman karena dengan digital kita menciptakan ekosistem, orang tidak bisa mencuri. Kenapa? Karena semuanya dilakukan oleh mesin, Anda berurusan dengan mesin,” ujarnya. Luhur pada Temu Bisnis P3DN VIII di ICE BSD, Tangerang, Selasa (17 September 2024).
“Bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi dinilai sangat mahal melalui penggunaan buku elektronik,” ujarnya mengutip laporan Wakil Direktur Pariwisata dan Organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Odo R.M. Manuhutu. Hemat hingga 40% dengan pembelian satu barang portabel.
Ia menjelaskan, teknologi digital dapat meningkatkan transparansi dalam pemerintahan. Ini akan membuat database yang disimpan lebih terorganisir dan mudah diakses.
Salah satu yang dilakukan adalah praktik pembelian laptop di beberapa kementerian. Odo menjelaskan, harga yang ditawarkan sangat transparan dan dapat dilihat serta dibandingkan oleh semua pihak.
“Membeli laptop bisa hemat 100%. Jadi harga awalnya mungkin Rp 15 juta per laptop, lalu turun menjadi Rp 5 juta per laptop,” kata Odo dalam konferensi pers Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan bertajuk “Evaluasi Kinerja 2023”. Indonesia Emas 2045,” ujarnya, Sabtu (30/12/2023).
Selain itu, menurut Luhut, katalog elektronik berpotensi menciptakan 2,9 juta lapangan kerja. Kendala lainnya adalah penciptaan keterampilan dan pendidikan.
Beberapa hari lalu, Lukhut juga mengumumkan kode elektronik versi A6 akan segera diluncurkan. Akan ada dokumen pengadaan publik lainnya, 90% proyek akan dicantumkan di dalamnya.
(dem/dem) Simak video berikut: Video: Wah, Iran Rilis Email Donald Trump Jelang Pilpres AS Artikel berikutnya Jokowi: Demokrasi harus berjalan, bukan mempersulit dan menunda prosesnya!