Jakarta, ILLINI NEWS – Daerah Aliran Sungai (DAS) Saddang merupakan “jalur air prioritas di Indonesia”. Saat ini hampir satu juta orang bergantung pada sumber daya yang terdapat di ekosistem DAS Saddang yang luasnya mencapai 661.932 ha.
Sungai Saddang merupakan salah satu sungai terbesar di Sulawesi Selatan dan mengalir melalui berbagai kabupaten, mulai dari Tator, Enrekang, Pinrang hingga Polewali di Sulawesi Barat.
Sungai ini telah lama berperan penting dalam kehidupan warga sekitar, baik sebagai sumber air untuk pertanian maupun perikanan. Sungai berperan penting dalam menunjang ekosistem alam di sekitarnya serta menjadi sumber air mineral dan transportasi.
Sejarah Sungai Saddang erat kaitannya dengan peradaban masyarakat Toraja. Sungai ini menjadi saksi perkembangan budaya masyarakat setempat yang memanfaatkan airnya untuk mengairi sawah dan sumber penghidupan lainnya.
Beberapa legenda setempat juga menyebut Sungai Saddang sebagai sungai suci yang airnya dipercaya dapat membawa keberuntungan bagi masyarakat setempat.
Fakta menarik lainnya adalah volume air di Sungai Saddang yang sangat besar. Berdasarkan data terakhir, debit sungai mencapai 363 m³ per detik atau setara dengan kapasitas mengisi kolam renang dalam waktu kurang dari sepertiga detik.
Volume air tersebut juga cukup untuk mengisi sekitar 45,8 triliun gelas air berukuran standar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya aliran air Sungai Saddang yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi masyarakat setempat.
Memang debit air Sungai Saddang mencapai 363 meter kubik per detik yang mampu mengisi kolam renang berukuran 5 x 12 meter dengan kedalaman 2 meter dalam sepertiga detik.
Volume segelas air minum ukuran standar adalah 250 ml, sedangkan kolam renang ukuran sedang berukuran 5m x 12m dengan kedalaman 2 meter.
Namun kondisi Sungai Sadang saat ini dipengaruhi oleh perubahan iklim global. Semakin seringnya hujan akibat perubahan kondisi cuaca menyebabkan peningkatan volume air sungai pada musim hujan yang terkadang menyebabkan banjir di wilayah sekitarnya.
Sebaliknya pada musim kemarau jangka waktunya semakin panjang dan mengakibatkan kekurangan air sehingga menimbulkan ancaman serius bagi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Selain itu, degradasi lingkungan akibat penggundulan hutan di sekitar saluran air juga mempengaruhi kualitas air Sungai Sadang. Erosi tanah yang terjadi membuat sungai semakin keruh dan menyebabkan endapan lumpur di bagian hilir.
Keadaan ini berdampak pada ekosistem sungai, khususnya menurunnya populasi ikan. Pemerintah provinsi dan masyarakat setempat kini berupaya melestarikan sungai melalui program reboisasi dan restorasi lahan.
CARI ILLINI NEWS
(tsn/tsn) Simak video di bawah ini: Prabowo: Dukungan mutlak dan tak bisa ditawar!