Jakarta, ILLINI NEWS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali turun di bawah level 7.000.
Pantauan ILLINI NEWS, Selasa (14/1/2025) pukul 13.36 WIB, indeks IHSG turun hingga 6.990,84 atau turun 0,35%.
Secara teknikal support 7.000 sudah tertembus hingga ke bawah sehingga IHSG berpotensi menyentuh support selanjutnya di posisi 6.873 yang tergambar horizontal dari lower body candle 25 Juni 2024.
Sedangkan jika terjadi pembalikan tren yang kuat, maka resistance yang bisa dijadikan target adalah 7.191.
Lemahnya pergerakan IHSG tak lepas dari besarnya kebocoran dana asing. Kemarin, Senin (13/1/2024), penjualan asing terpantau mencapai Rp 407,78 miliar di pasar reguler, sedangkan di pasar nego dan spot masih terjadi pembelian bersih ketat sebesar Rp 24,31 miliar. Dengan demikian, total penjualan bersih luar negeri sebesar Rp 383,46 miliar.
Sebagian besar surat berharga yang dijual adalah saham bank besar. Secara year-to-date hingga sesi kemarin, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi net seller asing terbesar Rp 1,31 triliun, disusul PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 573,9 miliar, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ) Rp545,1 miliar, sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dijual $545,1 miliar. 141,2 miliar rupiah Indonesia.
Arus keluar dana asing dipengaruhi oleh pengaruh bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) dan Bank Indonesia (BI) yang juga mengumumkan perlambatan penurunan suku bunga.
Kemungkinan melambatnya laju penurunan juga semakin terkonfirmasi dengan situasi pasar tenaga kerja AS yang masih kuat, terbukti dari data non-farm payrolls pekan lalu yang lebih tinggi dari perkiraan, sementara tingkat pengangguran turun.
Kekuatan pasar tenaga kerja AS memungkinkan dolar untuk mempertahankan level tinggi. Pantauan CNCB Indonesia hari ini pukul 14.35 WIB, Indeks Dolar AS (DXY) masih berada di atas level 109, artinya nilai tukar rupiah masih terpuruk di atas level Rp 16.000/USD.
Sementara itu, pada minggu ini pelaku pasar menghadapi sejumlah rilis tambahan yang meningkatkan ketidakpastian, seperti rilis inflasi AS, neraca perdagangan Tiongkok, keputusan Indonesia, dan suku bunga BI. Peluang saham perbankan belum berakhir!
Meski ketidakpastian pasar masih tinggi, saham-saham perbankan terus terpuruk. Namun ada peluang dibalik hal tersebut, karena ketika harga turun, valuasinya juga menjadi lebih murah.
Dari data di atas terlihat saham BBRI dan BBNI mencatatkan penurunan terbesar, di atas dua digit, yang menunjukkan valuasinya sudah murah dan mulai menarik untuk memulai perdagangan cicilan. Sedangkan untuk BBCA dan BMRI diskonnya masih terbilang kecil, jadi sebaiknya wait and see dulu untuk menemukan pusat yang menawarkan harga terbaik.
Namun perlu Anda sadari juga bahwa valuasi yang murah tidak menutup kemungkinan untuk valuasi yang lebih rendah, yakni harga bisa saja turun lebih jauh. Oleh karena itu, untuk mengambil keputusan investasi yang lebih rasional, perlu dilakukan analisis fundamental dan teknikal yang lebih mendalam.
Cari ILLINI NEWS
Disclaimer: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berupa opini dari Riset ILLINI NEWS. Analisis ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembaca untuk membeli, menahan atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada di tangan pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan ini.
(tsn/tsn)