Jakarta, ILLINI NEWS – Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa orang dengan golongan darah tertentu lebih mungkin terkena Cerebral Palsy sebelum usia 60 tahun. Berikut penjelasannya.
Dalam laporan Healthline, para ahli dari Universitas Maryland menganalisis data dari 7.000 pasien penyakit neurodegeneratif dan hampir 600.000 orang sehat dari 48 penelitian berbeda. Selain itu, informasi genetik lainnya mengenai stroke iskemik, jenis stroke yang paling umum, juga dibahas.
Hasilnya, 16 persen orang bergolongan darah A memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke sebelum usia 60 tahun, dibandingkan golongan darah lainnya. Hubungan antara perkembangan otak dini dan golongan darah tetap ada bahkan setelah faktor risiko lainnya dikontrol, seperti jenis kelamin, berat badan, dan apakah mereka merokok atau tidak.
Sedangkan orang bergolongan darah B memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke, namun risikonya lebih rendah pada orang bergolongan darah O.
Mereka juga menemukan bahwa orang dengan golongan darah O mengalami penurunan risiko stroke sebesar 12 persen sebelum usia 60 tahun, sedangkan golongan darah B dan AB tidak.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neurology ini juga menemukan bahwa 1 dari 16 tipe A dapat dikaitkan dengan golongan darahnya saja.
Dr Steven Kittner, profesor kedokteran reproduksi dan peneliti utama studi tersebut, mengatakan: “Jumlah orang yang mengalami kerusakan otak meningkat. Orang-orang ini berisiko meninggal karena kondisi yang mengancam jiwa. Ketakutan, mereka yang bertahan hidup mungkin akan cacat permanen.” .’
Dia menambahkan, “Kami tidak tahu mengapa golongan darah A memiliki risiko lebih tinggi, tapi mungkin ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan trombosit dalam darah yang membentuk pembuluh darah,” tambahnya.
Dalam 12 bulan antara April 2021 dan Maret 2022, terdapat lebih dari 91.000 kasus stroke di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara. Saat ini, setiap tahunnya, sekitar 800.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke.
Sekitar separuh penduduk Inggris dan Amerika bergolongan darah O dan sepertiganya bergolongan darah A. Tipe B dan AB berjumlah 10 dan 5 persen.
Namun, para peneliti mengatakan peningkatan risiko berdasarkan golongan darah tidak perlu dikhawatirkan. Tidak jelas mengapa golongan darah berperan dalam risiko stroke, namun diduga mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap perkembangan tumor otak.
Sebagai informasi, stroke adalah penyakit ketika aliran darah ke otak berkurang akibat adanya penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Menurut situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya, sekitar 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Dari jumlah tersebut, 5 juta orang meninggal dan 5 juta lainnya mengalami kerusakan otak permanen.
Saat ini banyak masyarakat yang menganggap stroke menyerang orang lanjut usia, padahal melalui situsnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menegaskan bahwa stroke bisa menyerang siapa saja tidak ada apa-apanya.
.