berita aktual Ancaman Super Dolar AS Terus Tekan Rupiah, RI Bisa Apa?

Jakarta, ILLINI NEWS – Indeks dolar Amerika Serikat (AS) DXY terus berada pada level tinggi setelah Presiden terpilih Donald Trump memenangkan pemilu AS melawan Kamala Harris.

Melaporkan dari Refinitiv, DXY pada penutupan perdagangan kemarin (3/12/2024) ditutup pada 106,36. Jumlah tersebut meningkat sebesar 2,84% sejak 5 November 2024 atau sekitar satu bulan lalu.

Sedangkan sepanjang bulan hingga 3 Desember 2024, DXY mengalami kenaikan sebesar 0,59%.

Berikut tiga alasan tingginya posisi DXY dalam beberapa bulan terakhir:

1. Kemenangan Trump menimbulkan kekhawatiran

Kemenangan Trump pada pemilu AS rupanya menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar terhadap kebijakan Trump yang dinilai menjadi pusat Amerika dengan menaikkan tarif dagang dari luar negeri, termasuk Tiongkok.

Terakhir, inflasi Amerika kemungkinan akan kembali meningkat dan akan semakin sulit bagi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menurunkan suku bunganya.

Dilansir dari baystreet.ca, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan daya tarik utang AS dan dolar AS. Skenario terbaiknya, The Fed akan memangkas suku bunganya pada bulan ini atau Januari. Setelah itu, mereka akan mempertahankan suku bunga jika perekonomian AS tumbuh. The Fed harus menjaga inflasi di atas 2,5%.

Ke depan, jika The Fed tidak kembali melakukan penurunan suku bunga atau memangkas suku bunga namun tidak memenuhi ekspektasi pelaku pasar, hal ini dapat memberikan tekanan pada mata uang lain seperti rupiah.

2. Trump mengancam BRICS

Trump melontarkan komentarnya dengan mengancam tarif 100% terhadap negara-negara BRICS.

Kelompok negara berkembang BRICS, yang dipimpin oleh Rusia, Tiongkok, India, Brasil, dan Afrika Selatan, telah membahas kemungkinan menciptakan pesaing terhadap Dolar AS serta alternatif terhadap sistem SWIFT. Trump telah memperingatkan Uni Eropa, yang tahun ini telah menyaksikan peningkatan minat anggotanya, termasuk negara-negara seperti Turki, Arab Saudi, Iran dan beberapa negara berkembang.

“Kami menuntut janji… bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang BRICS baru, atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan Dolar AS yang kuat atau, mereka akan menghadapi tarif 100 persen,” tulis Trump di jejaring sosialnya seperti dimuat AFP.

Trump sendiri berjanji akan memajukan agenda pertahanan. Dia juga mengancam akan mengenakan tarif yang lebih tinggi pada negara-negara tetangga dan pesaingnya sejak kampanye tersebut.

3. Meningkatnya Ketegangan Geografis

Meningkatnya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Barat telah berkontribusi pada peningkatan permintaan dolar AS dalam beberapa hari terakhir.

Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menyerang “pusat pengambilan keputusan” di ibu kota Ukraina, Kyiv, dengan rudal hipersonik baru Rusia. Dia melontarkan komentar tersebut beberapa jam setelah Moskow menyerang jaringan listrik Ukraina dalam serangan yang menyebabkan satu juta orang kehilangan aliran listrik.

Sebelumnya, sumber Ukraina mengatakan Rusia menembakkan lebih dari 90 rudal dan sekitar 100 drone selama serangan itu. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta sekutunya untuk memberikan tanggapan tegas terhadap apa yang disebutnya sebagai “hubungan” dengan Rusia.

Mengutip AFP, Jumat (29/11/2024), Putin menyebut bom baru tersebut merupakan respons atas serangan Ukraina terhadap situs rudalnya di Barat. Perang tersebut, yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun, telah mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir, dengan kedua belah pihak mengerahkan senjata baru dalam upaya untuk menang sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump mulai menjabat pada bulan Januari.

Analisis BI terhadap Dolar AS

Meskipun DXY menguat, tampaknya rupee sedang melemah. Pada 5 November 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 15.730/US$ dan pada 3 Desember 2024 sebesar Rp 15.935/US$ atau melemah 1,3% pada bulan tersebut.

Depresiasi rupiah juga diakui oleh Bank Indonesia (BI). Firman Mochtar, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan BI, menjelaskan pasca terpilihnya Trump, peta dunia bisa saja berubah. Belajar dari periode pertama beberapa tahun lalu, kebijakan yang pro AS akan menyebabkan perekonomian dunia anjlok dari 3,2% menjadi 3,1%. Hal ini menyebabkan dolar AS terus menguat sehingga memberikan tekanan pada mata uang dunia termasuk rupee.

Dengan terpilihnya Trump, inflasi yang menjadi ancaman serius bagi banyak negara di dunia mungkin akan sulit diturunkan.

Penurunan inflasi yang lambat akan mempengaruhi suku bunga acuan atau Fed Funds Rate. BI memperkirakan FFR terbaru hanya akan turun 50 bps pada tahun 2025.

Permasalahan ini semakin rumit dengan kebutuhan dana yang lebih besar dari pemerintah AS. Penerbitan obligasi akan mendorong peningkatan imbal hasil US Treasury. Dampaknya, aliran modal akan berpindah ke Amerika Serikat dan meninggalkan negara berkembang seperti Indonesia.

“Ini akan membuat Indeks Dolar meningkat,” kata Firman pada agenda BIRAMA (Bank Indonesia Bareng Masyarakat) di Gedung BI, Jakarta, Senin (2/12/2024).

Ditambah lagi, pergerakan rupiah tetap terjaga sesuai fundamentalnya. Volatilitas akan dijaga dalam batas aman agar tidak menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku usaha. “Kami tidak ingin bergerak dengan volatilitas yang tinggi,” kata Firman.

Strategi kebijakan moneter mencakup penetapan suku bunga acuan atau BI rate berdasarkan data terkini. Selama November 2024, BI memilih mempertahankan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Stabilitas nilai tukar akan didukung oleh kebijakan intervensi di pasar valuta asing (valas) pada transaksi spot, Domestic Non-Delivery Delivery (DNDF), dan kedua di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Selain itu, Firman terus memperkuat strategi pro pasar. Diantaranya adalah Obligasi Rupiah (SRBI) yang membaik, Obligasi Bank Indonesia Valas (SVBI), dan Obligasi Valas Bank Indonesia (SUVBI). Koordinasi dengan Kementerian Keuangan dan perbankan akan ditingkatkan sehingga tidak ada kekhawatiran akan perebutan likuiditas.

RISET ILLINI NEWS

[dilindungi email] (rev/rev)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *