JAKARTA, ILLINI NEWS – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mencatat dalam waktu lima tahun, Indonesia masih akan kebanjiran investasi senilai hingga $25 miliar atau setara 387,94 triliun rupiah dengan kurs 15.517 rupiah per dolar AS.
Deputi Bidang Penanaman Modal dan Koordinasi Tambang Kementerian Koordinator Bidang Kelautan dan Perikanan Septian Hario Seto menegaskan, hal ini menjadi bukti bahwa hilirisasi pertambangan nikel dalam negeri Indonesia adalah yang terbaik dan berkelanjutan.
Padahal, akhir-akhir ini Indonesia “diserang” dunia karena kebijakan nikel dalam negerinya. Beberapa “serangan” yang dilakukan antara lain tudingan adanya kerja paksa dalam program penambangan nikel dan tudingan adanya “bisnis gelap” atau biasa disebut dengan “bisnis gelap”. bisnis hitam atau nikel kotor untuk mengelola nikel “kotor” Indonesia.
“Iya untuk saat ini (minat investasi) masih bagus. Jadi jika saya melihat apa yang sedang dalam tahap konstruksi dan kemudian dalam tahap perencanaan, dalam lima tahun ke depan mungkin jumlahnya masih antara $20 miliar dan $25 miliar. Rabu (16/10/2019) 2024) dalam program yang dikutip Mining Zone menjelaskan kepada ILLINI NEWS bahwa “proyek yang masuk masih bagus.”
Sementara dunia terus “diserang” atas kebijakan pengurangan nikel di negara ini, Seto mengatakan partainya tidak menutup mata terhadap fakta bahwa ada masalah dalam program kelanjutan nikel yang perlu diatasi.
Namun, jika pertanyaan yang diajukan tidak benar, maka situs tersebut pasti akan “lolos” dan membuktikan bahwa tuduhan tersebut tidak benar dan tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
“Meski begitu, bukan berarti kita menutup mata. Memang benar kita mempunyai kekurangan. Kami akan memperbaikinya. Jika muncul tuduhan palsu, kita harus meresponsnya secara agresif,” tegasnya.
Serangan global RI terhadap nikel
Seperti diketahui, dugaan kerja paksa di industri nikel Indonesia datang dari Amerika Serikat (AS). Seto mengatakan, pihaknya telah membicarakan hal tersebut dengan Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemnekar) bahkan meminta Organisasi Buruh Internasional (ILO) untuk membenarkan tudingan tersebut.
“Jadi pekerja di China sebenarnya dipekerjakan di pabrik baja di Indonesia. Jadi menurut saya ini yang perlu diklarifikasi,” jelasnya kepada ILLINI NEWS dalam program Mining Zone yang dikutip Rabu (16/10/2024).
Untuk menjelaskan lebih detail, pihaknya “terbang” ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan departemen sumber daya manusia di Negeri Paman Sam.
“Rencananya akan bertemu dengan Departemen Tenaga Kerja dan berangkat ke Amerika untuk menanyakan secara spesifik mengenai hal ini,” ujarnya.
Selain tuduhan kerja paksa, ada tuduhan lain yang diajukan terhadap Indonesia melalui perusahaan gelap atas pengelolaan program pertambangan nikel di negara tersebut. “nikel kotor”.
Nikel tidak murni merupakan pengelolaan nikel yang tidak fokus pada aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang baik.
Seto mengatakan, pemerintah telah menghubungi beberapa kedutaan besar negara berbeda melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI untuk “membersihkan” kembali nama Indonesia dari tuduhan propaganda kotor nikel.
Dalam pertemuan tersebut, situasi aktual pertambangan nikel di Indonesia diklarifikasi.
“Kemarin Menlu mengumpulkan duta besar kita di negara-negara strategis. Uni Eropa, Jepang, Korea, Amerika, Australia… Kami atas nama kami memberikan penjelasan tentang situasi industri nikel. Jadi keadaan sebenarnya: “Ya. Dan untuk memperjelas tuduhan palsu terhadap Indonesia,” tambahnya.
Tentu saja setiap pembeli nikel di Indonesia harus selalu memeriksa tingkat lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG) dalam pengolahan nikel di Indonesia.
Khususnya, lanjut Seto, pembeli nikel adalah produsen mobil listrik. Ia percaya bahwa produsen mobil listrik harus memastikan bahwa nikel yang dipasoknya berasal dari penambangan dan pengolahan yang bertanggung jawab.
“Setiap pembeli nikel Indonesia, khususnya produsen mobil listrik, selalu melakukan uji tuntas. Untuk mengecek benar atau tidaknya, nikel ini berasal dari tambang yang benar. Jadi emisinya seperti apa, ESG-nya seperti apa? Beginilah cara mereka memeriksanya, tambahnya. .
Selain itu, industri nikel dalam negeri juga disebut terus menunjukkan bahwa pengolahan nikel perseroan tetap fokus pada aspek ESG.
Bahkan, baru-baru ini Trimega Bangun Persada, perusahaan Indonesia milik Harita Group, mengumumkan akan mengikuti audit IRMA. IRMA itu inisiatif sertifikasi pertambangan yang bertanggung jawab, itu salah satu standarnya, badan standar independen “independen ya, yang mengkaji ESG. “Pertama-tama, ya, praktik-praktik ESG punya standar tertinggi di dunia,” kata Seto. .
(pgr/pgr) Simak videonya di bawah ini: Video: Komitmen MIND ID dalam Mendukung Hilirisasi Artikel berikutnya RI diberkati! Proyek kesayangan Jokowi ini dananya Rp 542 triliun