Jakarta ILLINI NEWS – Direktur Kebijakan Negara dan Sistem Kesehatan Natasha Azzopardi-Muscat membandingkan penggunaan alat komunikasi dengan kecanduan tembakau.
Dia mengatakan negara-negara harus menerapkan pembatasan penggunaan ponsel pintar dan perangkat seluler lainnya untuk mengurangi dampak kecelakaan pada generasi muda.
“Mungkin kita perlu memikirkan waktu yang tepat untuk menggunakan perangkat digital. Mungkin kita juga perlu memikirkan beberapa tempat yang tidak boleh menggunakan perangkat digital,” ujarnya kepada Politico mengutip RT, Jumat (4/10/2024).
Pengukurannya dapat mencakup pembatasan usia dan menciptakan zona bebas ponsel pintar, kata Natasha. Konsep ini sama seperti di beberapa kawasan tanpa rokok.
Ia mengatakan, dalam beberapa kasus, penggunaan ponsel pintar secara berlebihan dapat berdampak pada kesehatan mental. Selain itu, ponsel pintar merupakan gangguan dalam dunia pendidikan dan dunia kerja.
“Bukti harus dikumpulkan secara sistematis dan kemudian kita perlu melihat apa yang berhasil dan pendekatan apa yang ingin kita ambil,” tambah Azzopardi-Muscat.
Banyak pakar medis dan pejabat pemerintah di banyak negara juga menyatakan keprihatinannya mengenai dampak perangkat elektronik terhadap anak kecil. Selanjutnya fenomena maraknya penggunaan smartphone dan jejaring sosial di kalangan anak kecil dan remaja.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pihaknya akan menerapkan langkah-langkah dan indikator khusus untuk mengurangi penggunaan dan kecanduan ponsel di era digital.
“Hati saya sakit ketika menyadari banyak anak muda yang membahayakan diri mereka sendiri dan melakukan bunuh diri karena kekerasan dunia maya yang mereka hadapi,” ujarnya.
Banyak negara telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan ponsel pintar (waktu layar) di kalangan anak kecil. Misalnya, Belanda, Hongaria, Perancis, Mesir, dan Inggris telah melarang ponsel pintar di dalam kelas. (fab/fab) Saksikan video di bawah ini: Video: Telekomunikasi Kelas Dunia di IKN: Yayasan Masa Depan Indonesia
